Berfikir Kritis – Critical Thingking.
Apabila diperhatikan, banyak orang yang keliru membedakan antara berfikir kritis dengan logis atau berfikir dengan logika. Banyak yang berfikir bahwa berfikir kritis berarti berargumentasi atau kritis terhadap ide dari orang lain. Sebenarnya berfikir kritis bukan hanya berkaitan dengan menganalisa arguman dan memastikan kebenarannya; berfikir kritis lebih dari sekedar berargumen atau kritis terhadap ide seseorang. Jadi apa sebenarnya berfikir kritis dan apa perbedaannya dengan berfikir logis?
Di satu sisi, Logika merupakan salah satu cabang langsung dari filsafat dan didefinisikan sebagai ilmu untuk melakukan proses berfikir yang benar. Secara khusus, logika berkaitan dengan argumen dan validitasnya. Kemudian ketika sesorang sedang melakukan berfikir logis dalam kaitannya dengan filsafat, seseorang harus berhadapan dengan prinsip prinsip yang membangun validitas dari argumen yang diberikan, apakah kesimpulan yang diberikan mengikuti premis yang diberikannya. Mari kita lihat contohnya:
Semua orang yang menjadi anggota serika buruh adalah troblemaker.
Fred adalah anggota serikat buruh.
Maka Fred adalah troublemaker.
Sekarang jika kita menentukan validitas dari argumen di atas dengan menggunakan prinsip prinsip logika, maka kita melakukan yang namanya berfikir logis. Ini secara umum adalah urusan dari logika. Di sisi lain, berfikir kritis dapat dijelaskan sebagai kemampuan untuk menganalisa secara obyektif dari suatu fakta atau masalah yang diberikan untuk membuat suatu penilaian yang baik. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah kemampuan kognitif, termasuk memberikan pertanyaan, analisa, memberikan kritik, sintesis, evaluasi, dan penilaian dari suatu pendapat atau infprmasi yang dikumpulkan atau muncul dari observasi, pengalaman, refleksi, alasan, atau komunikasi.
Berfikir kritis adalah kemampuan untuk berfikir secara jernih dan rasional. Dan harus diingat juga bahwa Logika adalah salah satu alat bantu yang digunakan dalam berfikir kritis.
Mari kita perhatikan contoh situasi yang berhubungan atau membutuhkan berfikir secara kritis.
Istrinya Robert menderita kehamilan ectropic, yaitu fetus berkembang di luar uterus, biasanya pada fallopian tube. Seperti kita tahu, jika fetus tidak di gugurkan, maka sejalan dengan perkembangan fetus, fallopian tube akan pecah yang mengakibatkan kematian bagi keduanya ibu dan fetusnya. Jika di aborsi, fetus akan mati tapi setidaknya ibunya bisa selamat. Bagaimana pun Robert dan istrinya adalah penganut Katolik yang meyakini bahwa aborsi adalah hal yang tidak bermoral.
Robert dan istrinya menghadapi dilema moral yang berat. Mereka harus membuat keputusan apakah kandungannya akan menggugurkan atau tidak. Disini Robert dan istrinya secara sadar telah melakukan usaha untuk menimbang/menilai hal tersebut. Merek aharus menilai situasi yang terjadi secara holistik dan walaupun pertanyaan mereka telah memiliki kedudukan pasti dalam sistem kepercayaan Kritsten. Bahkan, mereka harus berfikir jernih dan rasional sehingga mereka dapat memperoleh suatu penilaian yang benar dan pada akhirnya menyelesaikan masalah mereka secara sistematis.
Dapat kita lihat, ketika Robert dan istrinya melakukan berfikir kritis untuk memecahkan masalah mereka, dapat terlihat jelas situasinya tidak hanya berhadapan dengan penilaian suatu argumen. Situasi yang terjadi diluar dari lingkup logika. Tentunya situasi ini juga terkait dengan memikirkan pemikiran, yaitu mempertanyakan pemikiran dari sistem keyakinan yang telah ada. Apapun keputusan Robert dan istrinya, apakah akan menggugurkan kandungan atau tidak, ini dapat di asumsikan bahwa mereka telah mempertanyakan, menganalisa, mensintesa, dan menilai situasi yang terjadi dan membuat penilaian yang baik, dan pengambilan keputusan yang rasional pada akhir cerita tersebut.
LOGIKA
Logika adalah salah satu cabang utama dari filsafat yang lebih umum dimengerti sebagai pengetahuan yang mempelajari proses berfikir yang benar atau pemikiran. Secara bahasa, logika berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu logos, yang sering diartikan sebagai “kata”, “ceramah” atau “pemikiran”
Lebih spesifik lagi, ketika kita belajar tentang cara berfikir yang benar atau pemikian, kita akan berhadapan dengan argumen. Sehingga dalam logika kita akan sering berhadapan dengan prinsip prinsip yang membangun validitas dari argumen, yaitu apakah kesimpulan yang diberikan mengikuti premis atau asumsi yang diberikan. Kita lihat contoh di bawah.
Jika hari ini hujan, maka jalan menjadi basah.
Hari ini hujan.
Maka, jalan menjadi basah.
Semua manusia pasti mati.
Socrates adalah manusia.
Maka Socrates pasti mati.
Profesor akan tidak masuk kelas hanya jika beliau sakit.
Profesor hari ini sakit.
Maka dia akan tidak hadir di kelas.
Argumen di atas merupakan argumen yang valid karena kesimpulannya mengikuti premis nya. Jika premis nya benar maka kesimpulannya harus benar untuk menjadi sebuah argumen yang valid. Namun banyak argumen yang lebih rumit yang validitasnya bukan hanya bisa ditentukan denga hanya membacanya saja. Argumen seperti ini membutuhkan analisa mendalam sebelum kita bisa mengatakan bahwa valid atau tidak. Ini adalah hal utama yang dibahas dalam Logika.
Sumber:
1. Laman website https://philonotes.com/
2. Laman Website https://www.youtube.com/channel/UCEAn_gNN1ShcSyP65o6HLTA
Recent Comments