“Harusnya pengelolaan KATALOG ELEKTRONIK tidak di _head to head_ kan dengan E-PURCHASING.”
Itu jawaban akhir saya kepada salah satu penyedia yang meminta agar bisa bertransaksi untuk produk nya yang masih dalam proses penayangan karena ada permintaan dari komsumennya.
E-katalog dan e-purchasing adalah 2 konsep yang berbeda, namun saya tidak mau cerita itu ya, saya mau cerita hal yang tidak terkait dengan hal tersebut, sudahlah… pusing lah yaw….

Maaf ya saya cerita out of topik alias jaka sembung bawa alkeus, nga nyambung keleus… 🙂
Saya ingin cerita tentang pengalaman saya belanja di mall. Misalkan saya nyari laptop di mal Botram Suwer Bogor (mall Boker), eh ternyata toko komputer di mall boker tutup, terus apakah saya harus maksa toko di MALL agar segera buka karena saya harus segera beli komputer minggu ini mengingat tugas di kantor numpuk?

 

Atau saya mau beli iphone di ibox mal boker, toko ibox nya sih buka, namun ternyata barang/produk iphone kosong, karena masih diperiksa petugas mall terkait originalitas dan layanan after sales nya misalkan. LALU apakah saya harus tetap nunggu agar iphone nya dijual di ibox, dan mem push penjual atau direktur atau asosiasi penjual iphone agar membawa Bima Arya walikota Bogor menghadap ke jajaran manajemen Mall dan meminta agar segera menayangkan… eh meloloskan pemeriksaan iphone tersebut? Atau membuat surat ancaman yang menggetarkan alam semesta dengan segala keluhan dan kepanikan mencekam?! Masuk akal? Tentu tidak ya….

Nah harusnya pengunjung mall ketika mencari barang yang mereka butuhkan ternyata tokonya tutup atau barangnya kosong di tenant mall nya, ya sudah harusnya tinggalkan tenant/toko tersebut lalu cari tenan lain yang menyediakan barangnya, atau bahkan ya sudah keluar dari mall tersebut dan cari barangnya di tempat lain… oke… make sense sampai disini? Ceng li ya?

Yang saya lakukan tentunya adalah KELUAR DARI MALL tersebut kalau memang barang nya tidak tersedia di mall atau mencari toko lain di mall boker yang menjual barang kebutuhan saya, misal ke elektronik city, atau tenan samsung, xiomy, siapa tahu ada disitu, kalau masih belum nemu barangnya atau kosong/tidak ada… ya sudah KELUAR DARI MALL dan pergi ke jambu dua ya, pusat barang elektronik bogor, ceng li kan?
Memang belanja di jambu dua itu tidak senyaman di boker, agak panas, harus parkir berputar putar, ketika beli barang harus lihat lihat dan pilih pilih toko mana yang kelihatan representatif, terus harus nego pula, sampai sampai kalau yang tidak tahan bilang “bloody waste of time katanya…” tapi ya kenapa tidak,? di aturannya sudah begitu, silahkan lihat perpres 16 tahun 1918 (bukan yg itu yah, ini perpres jaman dulu ya hehe)pasal 38 sebelah kanan bagian bawah tentang pemilihan penyedia yang berbunyi:

“Kalau tidak bisa blanja blanji di mall maka silahkan ke mall atau toko yang lain.”

Trus sekarang kenapa para tenan yang belum buka karena masih berurusan dengan management mall ribut ribut dengan bawa bawa nama saya atau komsumen lain yang tidak mau belanja di jambu dua katanya?
Padahal saya KALAU TIDAK BISA BELANJA DI MALL maka saya cari ditempat lain. Bukan saya tapi itu konsumen lain butuh katanya, kalau tidak dipenuhi bisa mati katanya, loh kok? Iya karena sudah main hati dan bunuh diri, makanya jangan main hatilah bisi kena OTT sama manajemen qolbu nya aagym ya 🙂

Tapi para tenan juga bisa rugi tuh tidak bisa jualan komsumennya? Ya sabarlah, sudah dikasih harga sewa murah meriah bahkan gratisan katanya, masih saja ribut. Ya aturannya kalau sudah oke semuanya maka silahkan berjualan lagi, soalnya tahu sendirikan, sekali ada kasus maka semua nya kena, termasuk manajemen mall juga.

Kita harus mengerti bahwa kita melayani masyarakat luas, masyarakat sudah percaya sama mall ini bahwa mall ini hanya menjual barang barang yang terjamin baik dari segi kualitas maupun legalitasnya, tidak jual barang black market, barang palsu, barang yang tidak jelas spesifikasinya, pokoknya kredibel deh, begitu pula para tenan nya, di mal ini hanya tenan yang benar benar mempunyai ijin resmi, tenan yang mempunyai kualifikasi teknislah yang bisa berjaulan di mall ini. Nah untuk menjaga kepercayaan ini tentunya butuh usaha yang lebih ya.

Produk yang harus di cek ulang bisa sampai belasan ribu jumlah nya, tenan nya juga ada ratusan, makanya butuh waktu yang cukup agar pemeriksanaan bisa teliti, hati hati dan aman sehingga ketika berjualan sudah nyaman, aman dan bahagia blanja blanji nya.

Ya memang kita tahu manajemen mall boker itu orangnya sangat terbatas, menurut informasi yang “kurang bisa dipertanggangjawabkan”, mall boker ini dibanding mall yang lain hanya 10% persennya saja tenaga kerjanya, kalau mall lain seperti ekoloyo bisa mencapai 500 orang lebih pekerja manajemen mall nya, kalau mall boker tidak sampai 50 orang itu pekerja di manajemennya, itupun yang kontrak pekerja tetap hanya 10 orang, sisanya tenaga kerja”harian” 🙂
Makanya mereka pontang panting seperti hidup dalam badai melayani kepentingan tenan dan para konsumen yang ingin blanja blanji di mall. Padahal sudah bekerja tiap hari melebihi kewajibannya, yang harusnya 8 jam/hari, mungkin ini bisa 12 jam bahkan lebih per harinya. Ceng li? make sense? masuk akal? Tentu tidak ya, masa yang katanya bisa berkibat pada nyawa, pada kelangsungan hidup banyak orang hanya dikelola oleh 10 orang?

So berdoa saja, banyak banyak istigfar… kita nantikan eposode terbaik dalam hidup ini ya 🙂

Banyak banyak istigfar?! Salah saya apa ya? Nah itulah salahnya, tidak merasa atau mengakui banyak kesalahan ya… 🙂

Ceng li? Bocengli? Make sense? Bloody waste of time ya… baca postingan ini, mohon dimaafkan ini hanya sekedar blog curhat, jangan diambil hati atau diseriusi ya. Isi blog ini hanya untuk kepentingan introspeksi diri saya pribadi saja.

Disclaimer: konten di blog ini tidak dapat digunakan sebagai referensi resmi ya. 😉

Baca juga: Manisnya belanja di Mall

http://heldi.web.id/2019/09/11/manisnya-katalog-elektronik-e-katalog/